Rabu, 27 Juli 2011

Cerita Pendek 4

Petualangan di Kuil Matahari

Alkiasah pada jaman dahulu di sebuah tempat terdapat kuil yang menyimpan beribu-ribu pengetahuan, harta karun dan benda-benda bersejarah kuil tersebut bernama Kuil Matahari, sudah beribu tahun kuil itu menyimpan berbagai misteri dan banyak orang memcoba mencarinya para arkeolog dan para petualang. Kuil itu bertempat di Negeri Matahari dan tempatnya masih tidak di ketahui.
Waktu itu di basecamp Deny, Joe, dan Belma sedang mencari tempat yang cocok untuk berpetualang mereka adalah tim petualang remaja yang ingin serba tahu sesuatu yang ada di bumi ini. Hanya satu tekad mereka ingin berpetualang menjelajah bumi ini, ketika Deny, Joe, dan Belma pulangdari membeli perlengkapan mereka bertemu seorang laki-laki berbadan kekar dan tinggi Deny, Joe, dan Belma terkejut ketika bertemu orang asing itu apalagi dengan pakain menyerupai Suku Mayan yang pernah hidup di jaman dahulu.
Deny bertanya kepada laki-laki tersebut.
“ Siapakah kamu.. dan darimanakah asalmu…??? ” Deny bertanya dengan badan gemetar.
“ Nama ku Scinopelos aku berasal dari Negeri Matahari ” sahut laki-laki itu.
“ Kenapa kamu bisa datang kemari dan apa keperluan mu ” Joe bertanya dengan bingungnya.
“ Aku adalah penjaga abadi dari kuil matahari dan aku datang kemari untuk meminta bantuan ” jawab Scinopelos.
“ Dan..dan.. apa hubungannya de..de..dengan.. kami…???? ” Belma bertanya sambil terbata-bata.
“ Kalian adalah orang-orang yang terpilih, untuk mencari keberadaan Harta karun yang terdapat pada Kuil Matahari, dan hanya kalian yang bisa memilikinya karna kalian bukan dari suku Mayan karna harta karun itu hanya di peruntuk kan bagi orang-orang yang terpilih saja dan bukan untuk garis keturunan suku mayan.” Jawab Scinopelos.
“ Benarkah kami orang pilihan itu..?? ” sahut Deny dengan terkejut mendengar jawaban Scinopelos.
“ Benar kalian bertiga akan ikut dengan ku dan waktu kita tidak banyak..!!! ” jawab Scinopelos dengan tergesa-gesa.
“ Baiklah kalo begitu kami siap menjalankan perintah ini….!! ” Sahut Ketiga anak itu.
“ Bersiaplah untuk masuk keportal waktu ini hanya sebentar jadi kita harus cepat-cepat masuk” perintah Scinopelos.
            Dimulai lah petualangan Deny, Joe, dan Belma untuk mencari harta karun di kuil Matahari saat menuju portal Scinopelos memberikan mereka sebuah peta, pedang dan tongkat bermata berlian. Peta yang diberikan penuh dengan petunjuk-petunjuk dan teka-teki yang harus dipecahkan. Bukan hanya tenaga tapi otak juga bekerja secara maksimal mereka telah melewati berbagai tempat untuk mencapai Kuil Matahari.
            Dua hari mereka menulusuri jalan gunung dan hutan mereka lalui dan akhirnya mereka sampai di Kuil Matahari pada siang hari yang panas di sekitar kuil mereka melihat puing-puing peradaban jaman dahulu dan walau beribu-ribu tahun lamanya tapi Kuil Matahari tetap berdiri kokoh. Ketika mereka ingin masuk ke kuil pada jalan masuknya pintu masih tertutup dan di samping pintu terdapat sebuah teka-teki yang harus mereka pecahkan untuk membuka pintu tersebut.
            Teka-teki tersebut berisi ( SATU BILAH BESI TERTANCAP KAYU PEMEGANG, PEMBERIAN SI TANGAN BESI ) Mereka bertiga berfikir sejenak dan mencari tahu apa arti teka-teki tersebut, apakah arti teka-teki ini …..???????
            Ketika Joe memperhatikan kata-kata tersebut dan Joe memperhatikan pedang yang di berikan oleh Scinopelos, Joe langsung berkata.
“ Aku tahu apa arti teka-teki ini…..!!” sambil mengambil pedang pemberian Scinopelos.
“Apa arti teka-teki itu…..?????? ” Deny dan Belma bertanya-tanya.
“ SATU BILAH BESI TERTANCAP KAYU PEMEGANG artinya adalah sebilah pedang,
Dan arti dari PEMBERIAN SI TANGAN BESI adalah tukang pandai besi yang membuat pedang tersebut dan lihat di samping teka-teki tersebut terdapat relief yang tidak sempurna dan terdapat gambar pedang yang hilang mungkin pedang ini adalah kunci untuk membuka pintu ini..!!!”
“ Mungkin juga apa katamu kita coba sajalah semoag berhasil” sahut Deny.
            Setelah menyatukan pedang dan relief  pedang yang telah hilang tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan semua itu berhasil meraka dapat membuka pintu masuk menuju kedalam kuil, Meraka berdua berhati-hati mencari ruangan yang berisi harta karun tersebut karna banyak jebakan-jebakan kuno yang melindungi harta tersebut. Setiap lorong kuil terdapat relief kehidupan masyarakat jaman dahulu dan seorang raja yang adil membawa tongkat berujung berlian
            Setelah mencari dan mencari sampailah mereka keruangan tersebut tapi tidak ada apa-apa hanya ruang kosong yang penuh debu dan sebuah tempat manaruh sebuah benda yang panjang, ternyata di tempat itu terdapat teka-teki terakhir yaitu berbunyi ( TARUH TARIK KAYU KEKUASAAN SANG RAJA AKAN TERDAPAT KEJAYAAN DAN KEMAKMURAN DIBAWAH SANA) apakah arti semua teka-teki tersebut apakah yang dimaksud teka-teki tersebut Deny mulai memutar otak dan mengingat kembali petunjuk dan relief-relief yang di lihat tadi.
“ aku teringat dengan gambar relief sang raja yang sedang membawa tongkat apakah yang dimaksud teka-teki itu tongkat yang kubawa ini adalah kunci terakhir perjalanan kita” jawab Deny sambil menunjukan tongkat itu.
“ mungkin arti dari TARUH TARIK KAYU KEKUASAAN SANG RAJA adalah Tongkat yang kita bawa mirip dengan gambar relief yang pernah kita lihat di lorong kuil dan kita di suruh untuk menancapkan tongkat itu dilubang tongkat ini dan menariknya sebagai tuas” tutur Belma.
“ Bisa jadi dan arti dari KEMAKMURAN DIBAWAH SANA adalah Ruang bawah tanah yang penuh dengan harta karun tersebut ” sahut Joe
“ Okey.., ayo kita coba” jawab Deny dengan lantang.
            Setelah tongkat di tancapkan dan di tarik terjadi getaran dan semua bergetar terlihatlah jalan menuju ruang bawah tanah itu yang berisi harta karun yang banyak dan sebuah portal yang bisa di gunakan mereka untuk kembali pulang. Deny, Joe, dan Belma sangat senang telah menemukan harta karun yang lama tidak di temukan di kuil matahari dan mereka juga menemukan kuil tersebut, setelah petualangan tersebut mereka diangkat sebagai arkeolog yang telah menemukan adanya Kuil Matahari dan sejarah peradaban zaman dahulu.
Tamat….

Nb: Kalo ceritanya agak aneh dan belum pas gaya bahasanya maklumi baru pemula nikin cerpen hehehe....

Cerita Pendek 3

Jack si Pemalas

Flora Annie Steel



Pada suatu masa, hiduplah seorang anak laki-laki yang bernama Jack dan hidup bersama dengan ibunya. Mereka sangatlah miskin dan ibunya yang sudah tua itu menghidupi mereka dengan berkerja sebagai penenun, tetapi Jack sendiri adalah anak yang sangat malas dan tidak pernah mau melakukan apapun selain berjemur di matahari pada hari yang panas, dan duduk di sudut rumah saat musim dingin. Sehingga dia dipanggil Jack si Pemalas. Ibunya sendiri tidak pernah dapat membuat Jack melakukan sesuatu untuknya, dan akhirnya suatu hari da berkata kepada Jack, bahwa apabila dia tidak mulai bekerja dan menghidupi dirinya sendiri, ibunya itu tidak akan memperdulikan dia lagi.
Hal ini merisaukan Jack, dan dia lalu keluar rumah mencari pekerjaan pada hari berikutnya di tetangganya yang petani dan berhasil mendapatkan satu penny (mata uang Inggris); tetapi karena selama ini dia tidak pernah pulang kerumah sambil memegang uang, dia kehilangan uangnya ketika melewati sebuah sungai.
"Anak bodoh," kata ibunya, "kamu seharusnya menaruh uangmu di kantong."
"Saya akan melakukannya lain kali," kata Jack si Pemalas.
Hari berikutnya, Jack kembali keluar untuk bekerja pada seorang pembuat roti yang tidak memberinya apa-apa kecuali seekor kucing yang besar. Jack lalu mengambil kucing tersebut, dan membawanya dengan hati-hati di tangannya, tetapi kucing tersebut mencakar tangannya sehingga dia harus melepaskan kucing tersebut yang kemudian lari menghilang.
Ketika dia pulang kerumah, ibunya berkata kepadanya, "Kamu anak yang bodoh, seharusnya kamu mengikatnya dengan tali dan menariknya untuk mengikutimu."
"Saya akan melakukannya lain kali," kata Jack.
Pada hari berikutnya, Jack keluar dan bekerja pada seorang penjagal, yang memberikan dia hadiah berupa daging domba yang besar. Jack mengambil daging domba tersebut, mengikatnya dengan tali, dan menyeretnya di tanah sepanjang jalan, sehingga ketika dia tiba dirumah, daging domba tersebut telah rusak sama sekali. Ibunya kali ini tidak berkata apa apa kepadanya, dan pada hari minggu, ibunya mengharuskan dia membawa pulang kubis untuk dimasak nanti.
"Kamu harus membawanya pulang dan memanggulnya di pundakmu."
"Saya akan melakukannya di lain waktu," kata Jack.
Jack dan KeledaiPada hari senin, Jack si Pemalas bekerja pada seorang penjaga ternak, yang memberikan dia seekor keledai sebagai upahnya.Walaupun Jack sangat kuat, dia masih merasa kewalahan untuk menggendong keledai itu di pundaknya, tetapi akhirnya dia memanggul keledai tersebut di pundaknya dan berjalan pelan ke rumah membawa hadiahnya. Di tengah perjalanan dia berjalan di depan sebuah rumah dimana rumah tersebut di huni oleh orang kaya dengan seorang anak gadis satu-satunya, seorang gadis yang sangat cantik, yang tuli dan bisu. Dan gadis tersebut tidak pernah tertawa selama hidupnya. Dokter pernah berkata bahwa gadis itu tidak akan pernah bisa berbicara sampai seseorang bisa membuatnya tertawa. Ayahnya yang merasa sedih itu berjanji bahwa dia akan menikahkan anak gadisnya dengan laki-laki yang bisa membuat anak gadisnya tertawa. Disaat itu juga sang gadis kebetulan melihat keluar jendela pada saat Jack lewat di depan rumahnya sambil menggendong keledai di bahunya; dimana keledai tersebut menendang-nendangkan kakinya ke udara secara liar dan meringkik-ringkik dengan keras. Pemandangan itu begitu lucu sehingga sang putri tertawa tergelak-gelak dan saat itu juga memperoleh kemampuannya untuk mendengar dan berbicara. Ayahnya yang begitu bahagia melihat anaknya telah dapat berbicara dan mendengar, memenuhi janjinya dengan menikahkan anak gadisnya itu dengan Jack si Pemalas, yang kemudian menjadi orang yang kaya juga. Mereka kemudian tinggal bersama-sama di sebuah rumah yang besar dengan ibu Jack dan hidup berbahagia hingga akhir hayat mereka.

Sumber: Ceritakecil.com

Cerita Pendek 2

Grethel yang cerdik




Dahulu kala ada seorang tukang masak yang bernama Grethel yang suka memakai sepatu bertumit merah, yang ketika keluar rumah selalu merasa bebas dan memiliki perasaan yang sangat baik. Ketika dia kembali ke rumah lagi, dia selalu meminum segelas anggur untuk menyegarkan diri, dan ketika minuman anggur tersebut memberi nafsu makan kepadanya, dia akan memakan makanan yang terbaik dari apapun yang dimasaknya hingga dia merasa cukup kenyang. Untuk itu dia selalu berkata "Seorang tukang masak harus tahu mencicipi apapun".
Suatu hari tuannya berkata kepadanya "Grethel, saya menunggu kedatangan tamu pada malam ini, kamu harus menyiapkan sepasang masakan ayam".
"Tentu saja tuan" jawab Grethel. Lalu dia memotong ayam, membersihkannya dan kemudian mencabuti bulunya, lalu ketika menjelang malam, dia memanggang ayam tersebut di api hingga matang. Ketika ayam tersebut mulai berwarna coklat dan hampir selesai dipanggang, tamu tersebut belum juga datang.
"Jika tamu tersebut tidak datang cepat" kata Grethel kepada tuannya, "Saya harus mengeluarkan ayam tersebut dari api, sayang sekali apabila kita tidak memakannya sekarang justru pada saat ayam tersebut hampir siap." Dan tuannya berkata dia sendiri akan berlari mengundang tamunya. Saat tuannya mulai membalikkan badannya, Grethel mengambil ayam tersebut dari api.
"Berdiri begitu lama dekat api," kata Grethel, "membuat kita menjadi panas dan kehausan, dan siapa yang tahu apabila mereka akan datang atau tidak! sementara ini saya akan turun ke ruang penyimpanan dan mengambil segelas minuman." Jadi dia lari kebawah, mengambil sebuah mug, dan berkata, "Ini dia!" dengan satu tegukan besar. "Satu minuman yang baik sepantasnya tidak disia-siakan," dia berkata lagi "dan tidak seharusnya berakhir dengan cepat," jadi dia mengambil tegukan yang besar kembali. Kemudian dia pergi keatas dan menaruh ayam tadi di panggangan api kembali, mengolesinya dengan mentega. Sekarang begitu mencium bau yang sangat sedap, Grethel berkata, "Saya harus tahu apakah rasanya memang seenak baunya," Dia mulai menjilati jarinya dan berkata lagi sendiri, "Ya.. ayam ini sangat sedap, sayang sekali bila tidak ada orang disini yang memakannya!"
Jadi dia menengok keluar jendela untuk melihat apakah tuan dan tamunya sudah datang, tapi dia tidak melihat siapapun yang datang jadi dia kembali ke ayam tersebut. "Aduh, satu sayapnya mulai hangus!" dan berkata lagi, "Sebaiknya bagian itu saya makan." Jadia dia memotong sayap ayam panggang tersebut dan mulai memakannya, rasanya memang enak, kemudian dia berpikir,
"Saya sebaiknya memotong sayap yang satunya lagi, agar tuanku tidak akan menyadari bahwa ayam panggang tersebut kehilangan sayap disebelah." Dan ketika kedua sayap telah dimakan, dia kembali melihat keluar jendela untuk mencari tuannya, tetapi masih belum juga ada yang datang.
"Siapa yang tahu, apakah mereka akan datang atau tidak? mungkin mereka bermalam di penginapan."Setelah berpikir sejenak, dia berkata lagi "Saya harus membuat diri saya senang, dan pertama kali saya harus minum minuman yang enak dan kemudian makan makanan yang lezat, semua hal ini tidak bisa disia-siakan." Jadia dia lari ke ruang penyimpanan dan mengambil minuman yang sangat besar, dan mulai memakan ayam tersebut dengan rasa kenikmatan yang besar. Ketika semua sudah selesai, dan tuannya masih belum datang, mata Grethel mengarah ke ayam yang satunya lagi, dan berkata, "Apa yang didapat oleh ayam yang satu, harus didapat pula oleh ayam yang lain, sungguh tidak adil apabila mereka tidak mendapat perlakuan yang sama; mungkin sambil minum saya bisa menyelesaikan ayam yang satunya lagi." Jadi dia meneguk minumannya kembali dan mulai memakan ayam yang satunya lagi.

Tepat ketika dia sedang makan, dia mendengar tuannya datang. "Cepat Grethel," tuannya berteriak dari luar, "tamu tersebut sudah datang!" "Baik tuan," dia menjawab, "makanan tersebut sudah siap." Tuannya pergi ke meja makan dan mengambil pisau pemotong yang sudah disiapkan untuk memotong ayam dan mulai menajamkannya. Saat itu, tamu tersebut datang dan mengetuk pintu dengan halus. Grethel berlari keluar untuk melihat siapa yang datang, dan ketika dia berpapasan dengan tamu tersebut, dia meletakkan jarinya di bibir dan berkata, "Hush! cepat lari dari sini, jika tuan saya menangkapmu, ini akan membawa akibat yang buruk untuk kamu; dia mengundangmu untuk makan, tetapi sebenarnya dia ingin memotong telingamu! Coba dengar, dia sedang mengasah pisaunya!"
Tamu tersebut, mendengarkan suara pisau yang diasah, berbalik pergi secepatnya. Dan Grethel berteriak ke tuannya, "Tamu tersebut telah pergi membawa sesuatu dari rumah ini!".
"Apa yang terjadi, Grethel? apa maksud mu?" dia bertanya.
"Dia telah pergi dan membawa lari dua buah ayam yang telah saya siapkan tadi."
 "Itu adalah sifat yang buruk!" kata tuannya, dia merasa sayang pada ayam panggang tersebut; "dia mungkin mau menyisakan satu untuk saya makan." Dan dia memanggil tamunya dan menyuruhnya untuk berhenti, tetapi tamu tersebut seolah-olah tidak mendengarnya; kemudian tuannya tersebut mulai berlari mengejar tamunya dengan pisau masih ditangan dan berteriak,"hanya satu! hanya satu!" dia bermaksud agar tamu tersebut setidak-tidaknya memberikan dia satu ayam panggang dan tidak membawa kedua-duanya, tetapi tamu tersebut mengira bahwa dia menginginkan satu telinganya, jadi dia berlari semakin kencang menuju kerumahnya sendiri.


Sumber: Ceritakecil.com

Selasa, 26 Juli 2011

CerPen (Cerita Pendek)

Seorang Anak Laki-laki
dan
 Tongkat Ajaib

    Alkisah pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Setyaji. Styaji adalah seorang anak yang baik hati , suka menolong dan tidak suka hidup bermewah-mewahan. Styaji tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk di dalam hutan bernama Hutan Lokapala mereka hidup miskin keseharian ibunya hanya berladang di belakang rumah mereka tidak setiap hari mereka makan, ayah Setyaji sudah meninggalkan mereka berdua untuk berkelanan mencari nafkah tapi mereka menunggu berhari-hari sampai bertahun-tahun ayah Styaji tak pernah pulang entah tersesat atau telah meninggal tapi Styaji dan ibunya berharap sang ayah pulang membawa hasil dan slamat dalam pengelanaannya.

   Pada suatu hari Styaji disuruh oleh ibunya untuk mencari kayu bakar dan berburu di sekitar Hutan tempat mereka tinggal, Sebelum pergi Styaji dibekali oleh ibunya berupa ubi rebus dan air untuk mengganjal perut, setelah semua lengkap Styaji mulai beranjak dari rumah untuk berburu dan mencari kayu bakar sebelum itu juga dia berpamitan kepada ibunya dan berdoa supaya tak terjadi apa-apa ketika berburu. Sebelum mencari buruan Styaji mencari kayu bakar terlebih dahulu setelah kayu bakar terkumpul Styaji mencari buruan berupa kijang atau ayam hutan yang berkialaran ketika ingin menangkap ayam hutan yang diincarnya Styaji mendengar suara seseorang yang merintih ternyata ketika diselidiki suara itu berasal dari seorang kakek-kakek yang tergeletak dan tak mempunyai tenaga.

   Styaji menghampiri kakek-kakek tersebut dan bertanya “ Kakek sedang apa di hutan sendirian” tanya Styaji (memegang tangan kakek tersebut), “ kakek kelaparan nak kakek belum makan nak dan kakek haus nak” jawab sang kakek (dengan tubuh yang lemas), “ Ini kek saya cuma punya ubi rebus dan air ini semoga bisa mengganjal perut kakek” balas Styaji (memberikan bekal makanannya dan air), “Terima kasih ya nak, kamu baik sekali sebagai tanda terima kasih kakek hanya bisa memberimu sebuah tongkat” jawab sang kakek (memberikan tongkat itu kepada Styaji), “ Tongkat apa ini kek…? “ Styaji bertanya pada kakek, “ Itu tongkat ajaib nak bisa berguna untuk hidup kamu tapi pergunakanlah untuk hal-hal yang baik ” kakek itu menjawab, Styaji pun melihat tongkat tersebut dan ketika ingin bertanya kepada kakek tersebut tapi kakek itu telah hilang. Setelah mendapat tongkat itu panji pun langsung bergegas pulang dan sesampainya di rumah ibunya heran kenapa yang di bawa cuma kayu bakar dan buruannya tidak.

   Styaji menceritakan semua hal yang dialaminya baru saja setelah bercerita ibunya masih ragu dengan tongkat yang di bawa Styaji itu ajaib atau tidak, Styaji pun mencoba-coba diketukan ke tanah dan alhasil tumbuh tanaman dan buah-buahan yang segar dan ada pohon yang berbuah emas. Styaji dan ibunya sangat senang sekali dan semua itu membuat Styaji dan ibunya hidup berkecupan dan bahagia.